Biaya Calon Dokter Spesialis Setinggi Langit, Eh Pas Kerja Nggak Digaji

In Berita Umum 13 December 2022

FEDI - Tingginya kematian akibat jantung, stroke, hingga ginjal di Indonesia, berkaitan dengan minimnya jumlah dokter dan dokter spesialis. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, banyak hal yang perlu dibenahi dalam proses produksi SDM tenaga kesehatan.

Tantangan calon dokter spesialis terjadi sejak hulu ke hilir, misalnya biaya menempuh pendidikan kedokteran. Untuk mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) per semester saja puluhan juta rupiah.

"Sekarang kita bayangkan terkait uang kuliah, katakanlah 15 juta per semester, sedangkan saya mengikuti kuliah 4,5 tahun sampai 5 tahun, berarti selama 5 tahun atau 10 semester saya harus mengeluarkan 150 juta rupiah hanya untuk SPP spp belum untuk biaya hidup," cerita dokter spesialis Jagaddhito Probokusumo dalam sesi diskusi dengan Menkes beberapa waktu lalu.

Karenanya, menurut pria yang akrab disapa Dhito, banyak di antara mereka yang sulit akhirnya menjadi dokter spesialis. Selain terkendala biaya, saat berpraktik di rumah sakit, calon dokter spesialis seringnya tak digaji.

"Di luar negeri semua (dokter) spesialis itu pasti akan dibiayai oleh negara karena mereka terhitung sebagai pekerja," tutur Dhito.

Dhito menilai dua kenyataan di lapangan tersebut bak ironi, menjawab salah satu penyebab dokter spesialis masih jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di satu per seribu penduduk. Dalam kesempatan serupa, Menkes menjamin polemik calon dokter spesialis tidak digaji bakal segera diatasi.

Berkaca pada pendidikan di luar negeri yang juga memberikan upah bagi calon dokter spesialis, arah PPDS nantinya dialihkan menjadi berbasis rumah sakit. Tidak seperti saat ini yakni berbasis pendidikan.

"Aku juga udah cek, kenapa sih di kita (PPDS) musti bayar? Karena kita university based. nggak banyak negara spesialisnya university based. Jadi kalau orang ikut sekolah ya bayar tapi pendekatan di luar negeri, spesialis itu kerja di RS makanya dia dibayar," ucap Menkes.

Strategi lain yang dilakukan Menkes untuk mempercepat proses produksi dokter spesialis adalah menambah kuota beasiswa di 82 program studi per 2023. Adapun 82 prodi yang ditambahkan terdiri dari 51 prodi untuk dokter spesialis dan subspesialis, 29 fellowship dan 2 dokter spesialis kedokteran layanan primer. (*)

(*Artikel sudah tayang di health.detik.com)


Comments (0)