Ratusan Kali Cuci Darah, Lilis Rohayati Selalu Gunakan Kartu JKN

In Berita Umum 21 October 2022

FEDI - Musibah yang dialami Lilis Rohayati (54) bermula dari tahun 2019 silam. Ia divonis gagal ginjal dan menjadi ujian berat baginya hingga saat ini. Tiga tahun menjadi waktu yang tak sebentar bagi dirinya untuk bisa lepas dari bayang-bayang rumah sakit. Mengapa begitu? karena untuk bisa bertahan hidup, setiap minggu ia harus bertemu jarum dan selang darah demi menstabilkan fungsi ginjalnya.

Meskipun begitu, Ia tak lantas patah arang untuk melanjutkan hari-harinya sebagai seorang ibu sekaligus karyawan di salah satu perusahaan di Kota Tangerang. “Pulang kerja itu rasanya saya capek sekali, kepala pusing, badan juga rasanya lemas, untuk berdiri pun saya tidak kuat. Karena terlalu lemas saya tak sadarkan diri, lalu Bapak langsung membawa saya ke rumah sakit.

Karena hal itu, petugas rumah sakit dengan hal itu langsung melakukan pemeriksaan. Setelah beberapa kali menjalani pemeriksaan ternyata hasilnya saya harus cuci darah. Kalau dihitung-hitung, sudah ratusan kali saya menjalani cuci darah.

“Hari-hari saya memang terasa berat awalnya, tapi karena ada suami dan anak, saya kembali tegar. Saya selalu yakin semua ujian ini pasti ada hikmahnya,” kenang Lilis.

Dari awal pelayanan cuci darah, Ia merasakan sikap para petugas rumah sakit sangatlah ramah dan telaten melayani, tidak ada kesulitan administrasi, ditambah suasana kekeluargaan yang kental sangat terasa antara petugas, pasien dan keluarga pasien.

Hal tersebut menjadi pendorong semangat Lilis juga pasien-pasien lainnya untuk selalu tabah dan semangat menjalani prosedur medis yang sangat menguras energi mereka. Satu hal lagi yang membuat Deni tenang adalah ia tidak perlu mengkhawatirkan biaya cuci darah yang dijalaninya secara rutin dua kali seminggu tersebut.

“Ada Kartu JKN, tak ada biaya yang saya keluarkan. Kita tinggal tunjukkan kartu JKNnya dan mengikuti prosedur yang ada. pelayanannya cepat, tidak ada yang dipersulit. Alhamdulilah saya sangat terbantu. Iuran yang kita bayarkan secara rutin memang tidak dirasakan manfaatnya saat sehat, tapi sebenarnya iuran itu menolong peserta lain yang sakit dan membutuhkan biaya pengobatan.

Jika sewaktu-waktu kita sakit maka biaya pengobatan kita akan dibantu oleh iuran peserta lain yang sehat, begitu seterusnya Program JKN-KIS ini bergotong royong saling membantu sesama peserta,” ujar Lilis. Lilis menambahkan dengan menjadi peserta JKN menepis kekhawatirannya akan biaya pengobatan yang mahal. (*)

Comments (0)